Kamis, 05 Februari 2015

Ekosistem Pantai

Pantai merupakan tepian laut yang biasanya digunakan sebagai tempat rekreasi. Di pantai juga terdapat ekosistem pantai yang berlangsung. Secara umum, pantai didefinisikan sebagai daerah perbatasan antara laut dan ekosistem darat serta daerah pasang surut air laut. Ekosistem pantai paling besar dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut karena langsung berhubungan dengan daerah sekitar.
Saat terjadi peristiwa hempasan gelombang atau hembusan angin laut, maka pasir yang berada di pantai membentuk gundukan. Setelah terjadi gunungan pasir tersebut, secara tidak langsung lama kelamaan akan terbentuk hutan pantai. Di daerah pasang surut air laut dapat terbentuk hutan. Satu-satunya hutan yang dapat terbentuk di daerah ini, yakni hutan bakau.



Hutan bakau memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Hutan bakau dapat melindungi pantai sehingga tidak terjadi pengikisan. Selain itu, di bawah pohon bakau juga terdapat aneka hewan laut. Pohon bakau tumbuh pada pasang surut yang berlumpur. Oleh karena itu, pohon bakau memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah yang berlumpur sehingga dapat terus hidup walaupun kekurangan oksigen. Akar napas mempunyai banyak fungsi. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar napas pun dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang.


Ada bermacam-macam tumbuhan yang hidup di hutan bakau, di antaranya Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut air laut tidak terlalu basah, ada beberapa pohon yang sering tumbuh di antaranya Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.
Selain hutan bakau, juga terdapat hutan pantai. Tumbuhan yang ada di hutan pantai cukup beragam. Tumbuhan di hutan pantai tersebut tumbuh bergerombol membentuk kelompok-kelompok tertentu sesuai dengan habitatnya. Suatu kelompok vegetasi yang terbentuk karena habitatnya disebut dengan formasi. Setiap formasi yang terbentuk diberi nama sesuai dengan spesies tumbuhan yang paling dominan tumbuh di sana. Semua organisme yang hidup di pantai mempunyai adaptasi yang bersifat struktural sehingga dapat melekat erat walaupun di daerah yang keras.


Ekosistem pantai dibedakan menjadi beramacam-macam. Ekosistem pantai yang terbentuk berdasarkan tempatnya dibedakan menjadi daerah atas dan daerah tengah. Ekosistem pantai daerah atas merupakan daerah yang hanya terendam saat pasang naik tinggi, sedangkan pada saat pasang rendah, wilayah ini tidak terendam air laut. Pada daerah atas tersebut dihuni oleh beberapa jenis tanaman seperti ganggang, moluska, dan remis.
Tamanan-tanaman tersebut menjadi konsumsi utama bagi kepiting dan burung pantai. Daerah tengah pantai merupakan daerah yang terendam air laut saat pasang tinggi ataupun pada saat terjadi pasang rendah. Jadi, pada daerah ini, tinggi rendahnya air laut tidak berpengaruh banyak. Di daerah tengah tersebut dihuni oleh beberapa jenis hewan juga tumbuhan seperti ganggang, kepiting, landak laut, bintang laut, ikan-ikan kecil, porifera, anemon laut, remis, kerang, dan yang lainnya. Terakhir, daerah pantai dalam. Daerah pantai yang terdalam merupakan daerah yang terendam pada saat air pasang maupun air surut. Daerah pantai dalam dihuni oleh bermacam-macam jenis hewan invertebrata, ikan, dan rumput laut.


Berdasarkan susunan vegetasinya, ekosistem hutan yang ada di pantai dapat dibedakan menjadi dua, yakni formasi pres-caprae dan formasi baringtonia. Formasi pres-caprae adalah formasi tumbuhan dengan tumbuhan dominan, yakni ipomeea pres-caprae. Selain itu, ada juga jenis tumbuhan vigna, rumput angin, canavalia maritime, euphorbia atoto, pandan, bakung, scaevola frutescens. Sementara itu, formasi baringtonia, yakni pohon baringtonia atau disebut dengan pohon butun. Tumbuhan lain yang tumbuh pada formasi ini adalah Callophylum inophylum atau nyamplung, Erythrina, Hernandia, Hibiscus tiliaceus atau waru laut, Terminalia catapa atau ketapang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar